Senin, 23 Februari 2015

Cerita Rakyat : Kisah Saudagar Kaya



Alkisah hiduplah seorang saudagar kaya raya yang hidupnya bergelimpangan harta tanpa pernah merasa susah. Segala apa yang dia inginkan dapat dimilikinya dengan mudah tanpa perlu menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkannya. Namun saudagar itu tak pernah merasa bahagia, dia selalu bermuram durja dan merasa hambar dalam menjalani hidupnya.

“apa yang aku risaukan, hidupku ini cukup sempurna untuk ukuran seorang manusia, tapi mengapa aku tak pernah merasa bahagia.” Gerutunya dalam hati.
Dia kembali memutar otaknya seraya melihat daftar kekayaan yang sudah dimilikinya. “Aku tahu kenapa, karena aku baru punya satu rumah mewah dan tak punya kendaraan pribadi untuk memudahkanku dalam bekerja?” pikirnya.

Keesokan harinya, dia memerintah salah seorang tangan kanannya untuk membelikan rumah mewah di kota lain dan membelikan mobil termahal di negaranya.

Tak sampai satu minggu, kedua keinginannya pun terpenuhi, saudagar itu kini mempunyai satu rumah mewah di kota lain dan mobil termahal di negaranya. Satu dua minggu, kebahagiaan melanda hatinya yang telah lama risau.
Namun minggu selanjutnya, hati saudagar kembali risau. Dia merasa semua itu terkesan biasa dan tak memberinya kebahagian lebih. Hingga akhirnya saudagar itu memutuskan untuk menenangkan diri dengan berlibur ke Negara lain.

Dua bulan berlalu dia kembali pulang dengan wajah penuh kesedihan karena dia tak menemukan kebahagiaan di Negara yang dia kunjungi.
Saudagar itu pun merasa kekayaannyalah yang telah membuatnya bosan dan bahagia. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi orang biasa dengan meninggalkan keluarganya dan tinggal seorang diri di kota terpencil. Tetapi kesulitan yang dialaminya menambah rasa sedih dan risau di hatinya. Bahkan kondisi ini membuatnya tak mengenal arti kebahagiaan, dia pun kembali menemui keluarganya. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu seorang pedagang asongan di pinggir jalan yang bisa tersenyum riang. Dia mendekati pedagang itu dan mengajaknya bertukar pendapat.

“Maaf sebelumnya, apakah laba saudara dari berdagang seperti ini cukup besar?” Tanya saudagar keheranan. Pedagang asongan hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. Sikap pedagang itu benar-benar membuat saudagar semakin heran.
“kenapa saudara hanya tersenyum mendengar pertanyaan saya?” tanyanya lagi.
Kali ini pedagang asongan mulai angkat bicara. “perlu saudara ketahui, berdagang seperti saya untung yang paling besar bukanlah materi tapi tantangan naik turun kendaraan, berlarian, kepanasan bahkan kehujanan dalam menjajakan dagangan saya” jawabnya santai.
Mendengar jawaban seperti itu, dia kembali mengerutkan dahinya, rasa heran akan kebahagiaan yang selalu terpancar dalam diri pedagang asongan itu semakin mengebu-gebu.
Dia kembali mengajukan pertanyaan. “tapi mengapa saudara bisa tertawa riang seperti hidup penuh dengan kebahagiaan padahal saudara tak berlimpah harta dan hanya seorang pedagang asongan, selama ini saya selalu mencari dimana letak kebahagiaan itu padahal saya sorang saudagar kaya tak pernah kesusahan namun tetap saja saya tak pernah merasa bahagia dengan apa yang saya miliki” ceritanya.
“saudara perlu tahu, letak kebahagiaan sesungguhnya bukan pada materi saja, harta yang berlimpah atau terbatas tak selamanya membuat kita bahagia. Tak hanya itu, semua yang kita miliki tak akan pernah berarti apapun serta membuat kita bahagia karena letak kebahagiaan yang hakiki ada pada diri kita pribadi”
“maksud saudara apa? Saya tak mengerti”
“letak kebahagiaan yang hakiki terletak pada diri kita sendiri melalui satu rasa yakni rasa syukur. Tanpa rasa syukur semua yang kita miliki tak akan pernah membuat kita bahagia karena kita tak akan pernah puas dengan apa yang sudah kita miliki”
“terima kasih banyak. Saudara telah memecahkan kerisauan hati saya selama ini dalam mencari letak kebahagiaan”

Hikmahnya
Kita tak akan pernah merasa bahagia tanpa ada rasa syukur. Karena dengan rasa itu seperti apapun kondisi yang sedang kita jalani tak akan pernah membuat kita bersedih dan merasa risau. Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya kita menanamkan rasa syukur dalam diri kita dalam segala situasi dan kondisi.

Cerpen Anak : Restoran Tak Berpenghuni



Aku dan sekeluarga saat ini sedang liburan. Kami berkeliling di sebuah Desa. Di sana kami berfoto di sebuah sawah yang asri dan indah. Karena kepanasan, kami mencoba untuk beristirahat dulu di sebuah Restoran.

Tibanya di sana, kami menginjakkan kaki. Kami pun membuka pintu restoran itu. Di dalam terlihat kursi dan meja yang kotor. Terdapat pepohonan yang tumbuh di sana. Aku berpikir kalau restoran ini tak berpenghuni.

Adikku nampaknya asyik dengan mainan yang dibawanya, sedangkan orangtuaku terlihat cemberut.
Tokk.. tok… tok…suara ketukan terdengar dari jendela. Aku segera menoleh ke arah tersebut. Dengan cepat, aku melihat kalau ada sebuah sosok yang menyeramkan di balik jendela itu. “Ma! Pa! Ayo pergi dari sini!! Aku merasa takut di sini!!” sahutku sambil bercucuran air mata. Karena saking takutnya melihat sosok tersebut, kami pum memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Di dalam mobil, kami berbincang-bincang dengan kejadian tadi. “Aku takut Ma! Aku takut.” Ucapku lirih, “Sudah tidak apa-apa, asalkan kamu tidak menganggu mereka! Tuhan pasti selalu melindungimu Nak!” Sahut Mama sambil mengelus rambutnya. Aku mengangguk pelan.

Hari ini memang hari yang tidak menyenangkan bagiku. Aku takut kalau aku dihantui olehnya. Aku pun mulai rajin memuja Tuhan Yang Maha Kuasa. Aku percaya kalau Tuhan selalu melindungi kita asalkan kita berbuat baik.

Cerpen Karangan: Adsha Nandayi

Nama: Adsha Nandayi
Umur: 12 tahun
Kelas: 6 SD

Judul Novel Tahun 30-an (Pujangga Baru)

Ciri-ciri Angkatan 30-an (Pujangga Baru)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik



NAMA PENULIS


JUDUL KARYA

SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA


1. Dian Tak Kunjung Padam(1932)
2. Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
3. Layar Terkembang (1936)
4. Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)



HAMKA
1. Di Bawah Lindungan Ka'bah(1938)
2. Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
3. Tuan Direktur (1950)
4. Didalam Lembah Kehidoepan(1940)



ARJJIMIN PANE
1. Belenggu (1940)
2. Jiwa Berjiwa
3. Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
4. Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
5. Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)



SANUSI PANE
1. Pancaran Cinta (1926)
2. Puspa Mega (1927)
3. Madah Kelana (1931)
4. Sandhyakala Ning Majapahit(1933)
5. Kertajaya (1932)
6. Tengku Amir Hamzah
7. Nyanyi Sunyi (1937)
8. Begawat Gita (1933)
9. Setanggi Timur (1939)



TENGKU AMIR HAMZAH
1. Nyanyi Sunyi (1937)
2. Begawat Gita (1933)
3. Setanggi Timur (1939)



KARIM HALIM
1. PALAWIJA (1944)



SAID DAENG MUNTU
1. Pembalasan
2. Karena Kerendahan Boedi (1941)



RUSTAM EFENDI
1. Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
2. Pertjikan Permenungan



SARIAMIN ISMAIL
1. Kalau Tak Untung (1933)
2. Pengaruh Keadaan (1937)



FATIMAH HASAN DELAISE
1. Kehilangan Mestika (1935)



J.E TATENGKENG
1. Rindoe Dendam (1934)



ANAK AGUNG PANJI TISNA
I. Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
II. Sukreni Gadis Bali(1936)I Swasta Setahun di Bedahulu (1938





Secara garis besar dapat dibuat kesimpulab bahwa :
Novel Angkatan 20-30an
Ciri-cirinya:
a. Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
b. Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
c. Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
d. Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur)
e. Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)
f. Bahasa terkesan kaku dan statis
g. Bahasanya sangat santun
h. Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera

Novel Lama

NAMA PENULIS
JUDUL KARYA
ABDUL MUIS
1. Salah Asuhan(novel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972)
2. Pertemuan DJodoh (novel, 1933)
3. Surapati (novel, 1950)
4. Robert Anak Surapati(novel, 1953)
MARAH RUSLI
1. Siti Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969.
2. La Hami. Jakarta : Balai Pustaka. 1924.
3. Anak dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956.
4. Memang Jodoh (naskah roman dan otobiografis)
5. Tesna Zahera (naskah Roman)
6. Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922).
8. Tanah Air (1922)
TULIS SUTAN SATI
1. Tak Disangka (1923)
2. Sengsara Membawa Nikmat (1928)
3. Syair Rosina (1933)
4. Tjerita Si Umbut Muda (1935)
5. Tidak Membalas Guna
6. Memutuskan Pertalian (1978)
7. Sabai nan Aluih: cerita Minangkabau lama (1954)
8. Tak Membalas Guna (1932)          
SUMAN HASIBUAN
1. “Pertjobaan Setia” (1940)
2.“ Mentjari Pentjuri Anak Perawan” (1957)
3. “Kasih Ta’ Terlarai” (1961)
4. Kawan Bergelut” (kumpulan cerpen)
5. “Tebusan Darah“
HAJI ABDUL MALIK KARIM
1.     Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2.     Si Sabariah. (1928)
3.     Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4.     Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5.     Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6.     Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7.     Hikmat Isra’ dan Mikraj.
8.     Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9.     Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10.                       Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
11.                       Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12.                       Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13.                       Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
14.                       Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
15.                       Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
16.                       Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
17.                       Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
18.                       Tuan Direktur 1939.
19.                       Dijemput mamaknya,1939.
20.                       Keadilan Ilahy 1939.
21.                       Tashawwuf Modern 1939.
22.                       Falsafah Hidup 1939.
23.                       Lembaga Hidup 1940.
24.                       Lembaga Budi 1940.
25.                       Majallah ‘SEMANGAT ISLAM’ (Zaman Jepun 1943).
26.                       Majallah ‘MENARA’ (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
27.                       Negara Islam (1946).
28.                       Islam dan Demokrasi,1946.
29.                       Revolusi Pikiran,1946.
30.                       Revolusi Agama,1946.
31.                       Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
32.                       Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
33.                       Didalam Lembah cita-cita,1946.
34.                       Sesudah naskah Renville,1947.
35.                       Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
36.                       Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
37.                       Ayahku,1950 di Jakarta.
38.                       Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
39.                       Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
40.                       Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
41.                       Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
42.                       Kenangan-kenangan hidup 2.
43.                       Kenangan-kenangan hidup 3.
44.                       Kenangan-kenangan hidup 4.
45.                       Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
46.                       Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
47.                       Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
48.                       Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
49.                       Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
50.                       Pribadi,1950.
51.                       Agama dan perempuan,1939.
52.                       Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
53.                       1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
54.                       Pelajaran Agama Islam,1956.
55.                       Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
56.                       Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
57.                       Empat bulan di Amerika Jilid 2.
58.                       Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
59.                       Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
60.                       Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
61.                       Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
62.                       Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
63.                       Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
64.                       Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
65.                       Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
66.                       Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
67.                       Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
68.                       Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
69.                       Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.
70.                       Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
71.                       Himpunan Khutbah-khutbah.
72.                       Urat Tunggang Pancasila.
73.                       Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
74.                       Sejarah Islam di Sumatera.
75.                       Bohong di Dunia.
76.                       Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
77.                       Pandangan Hidup Muslim,1960.
78.                       Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
79.                       [Tafsir Al-Azhar][1] Juzu’ 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Sukarno.
MERARI SIREGAR

1. Darah Muda (1927)
2. Asmara Jaya (1928)
1. Pertemuan (1927)

1. Menebus Dosa (1932)
NUR SUTAN ISKANDAR
1.     Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka, 1923)
2.     Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
3.     Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
4.     Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)
5.     Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
6.     Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
7.     Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
8.     Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)
9.     Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
10.                       Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)
11.                       Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)
12.                       Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)
13.                       Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)
14.                       Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
15.                       Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
16.                       Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)
17.                       Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)
18.                       Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II (Jakarta: JB Wolters, 1952)
19.                       Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III (Jakarta: JB Wolters, 1952)
20.                       Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)
21.                       Sesalam Kawin (t.t.)